Pagi ini saya bangun dengan suatu agenda utama di dalam kepala. Saya mesti dapatkan kasus untuk kaunseling Isnin ini, pergi homevisit dan tulis status sebelum jam 12. Semangat!!!! You can do it!!!
Maka saya secepat mungkin cuba membereskan kamar, mandi, mempersiapkan alat dan LETS GO!!!:). Waktu saya keluar bilik, sahabat saya F, kata dia lambat sikit sebab dia naik angkot. Saya pun pergi dulu. Sampai di Puskesmas, saya terus ke ruangan MTBS (Manegemen Terpadu Balita Sakit: Balita; bawah lima tahun). Belum ada teman-teman saya disitu. Saya lihat status pasien (pesakit) sudah ada di atas meja. Saya melihat ke depan, Dr T sudah ada, tapi apotek (farmasi) masih belum buka. Saya memanggil pasien pertama.
Pasien pertama datang dengan panas badan dan batuk selama 5 hari. Anaknya agak rewel (eh tak tau nk terangkan rewel macammana, tapi asyik nangis), saya pegang badannya, panas. Anaknya menangis tidak mahu buka mulut. Saya tanya ibunya, ada sesak ngak ibu? kejang-kejang? dll sebagai tanda bahaya untuk anak-anak. Tidak ada. Saya meneruskan beberapa pertanyaan dan pemeriksaan. Selepas sedikit kaunseling dan edukasi, saya memberi resep obat ." Semoga cepat sembuh ya" kata saya.
Pasien kedua ,ketiga dan keempat juga datang dengan keluhan utama batuk. Tapi masing-masing tidak ada tanda bahaya. Alhamdulillah. Sekarang musim hujan, batuk dan demam memang menjadi paket musim ini.
Pasien kelima , anak D,berusia 11 bulan dengan keluhan diare (diarrhea) dan muntah selama 4 hari. Saya lihat anak ini nampak lemah, mata cekung, dan asyik menangis. Air mata masih ada,mulat dan lidah masih basah. Bukan dehidrasi berat fikir saya. Saya periksa turgor kulitnya masih baik, tiada perianal rash. Tiada faktor risiko lain, mungkin virus bisik saya. Kerana saya jarang mendapat kasus diare sepanjang stase disini.YES!! DAH ADA SATU;). Saya bertanya ibu W jika saya bisa berkunjung ke rumahnya. Ibu W bersetuju, dan saya mencatat alamat dan nomber telefon.Selepas edukasi dan memberi resep, ibu W bertanya. "Dokter mau ke rumah nanti ya? " Ya" balas saya:). Pasien seterusnya di panggil dan proses diagnosa dan pengobatan berlansung.
Teman saya sudah mulai datang. Saya meminta izin untuk kunjungan rumah (home visit). Lantas menanggal jas putih, mengambil beberapa barang, saya bergegas ke jalan. NEXT! fikir saya. Saya sms ibu W. "Ibu,punten (maaf), saya Doktor muda yang lagi merawat anak ibu di puskesmas tadi. Kalau saya kunjungan rumahnya sekarang bisa ?" . Sms tidak berjawab. Saya sudah di beca. Jalan jelah ya. Nanti kot dia balas. fikir saya.
Telefon tiba-tiba berdering. " Dokter udah berangkat dari puskesmas?" Tanya bapak J, suami ibu W." Ya, saya udah berangkat. Hampir sampai" kata saya. "tunggu di depan apotek A ya, nanti saya ke sana" "ok"
Sampainya saya disana, bapak J sudah menunggu. "Yuk dok!". Saya mengikut bapak J ke rumahnya. Di dalam perjalanan, saya berbual-bual kosong dengan bapak J. Katanya anaknya,D pertama kali sakit begini sejak pindah. Mereka baru 2 bulan pindak ke kontrakan( sewa) sekarang. Saya mangangguk. Sampai di kawasan rumahnya, mata saya terasa berkaca-kaca. Ya,sebenarnya ada rumah yang pernah saya pergi lebih menyedihkan dari ini. Tapi rasa itu tetap singgah di hati. Rasa sayu.
Bapak J menjemput saya masuk. Ruangannya kira-kira sebesar 3 x 2 m , tanpa tingkap, dapur di depan pintu, bersebelahan kamar kecil." Kami disini berlima dok". Saya mengangguk." Masih mencret anaknya bu? tanya saya saat bersalaman ibu W. Tadi ada sekali dok, saat pulang dari Puskesmas, Muntah juga tetapi sudah tidak cair muntahnya" Saya bertanya-tanya beberapa perkara, ada anak kedua mereka juga ketika itu. Lucu bangat (comellll) . Baru saya tahu anak kedua mereka baru PULPAk (pulang paksa) dari hospital tempat saya praktikel setelah 2 bulan dirawat disana. Dirawat kerana luka bakar (post necrotomy) dan di operasi 4 kali selama dirumah sakit. Masih ada yang perlu dioperasi kata bapak J. "Kapan (Bila) rencananya pak ? tanya saya. " Bila udah ada wangnya" bisik bapak J. Saya terkedu.
Saya meneruskan kunjungan rumah dengan beberapa pertanyaan tentang penyakit anaknya sekarang. Ternyata D, juga saat ini dalam pengobatan TB (Tuberkulosis) yang perlu dirawat dengan antibiotik selama 6 bulan. Baru di minggu pertama. Saya mencari-cari beberapa faktor risiko yang memungkinkan. Bertanya-tanya tentang keadaan keluarga,rumah dan kesehatan keluarga dan seterusnya edukasi tentang pegobatan dan tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi. Setelah itu, saya meminta izin pulang dan meminta Ibu J datang lagi ke puskesmas hari isnin untuk kontrol.
Bapak J menghantar saya ke jalan utama, dalam perjalanan, saya bertanya beberapa perkara kepada bapak J. "29 Juta dok, buat rawatan dan operasi untuk dua bulan. Untung ada ASKES, bisa juga kurangi biaya 10 juta" Saya terkedu lagi.
Sampai di jalan besar, saya meminta izin pulang ke puskesmas. jam sudah pukul 11.30. 30 menit lagi. Cepat-cepat saya cuba siapkan status. Kerja saya selesai tetapi hati dan fikiran saya masih disana. Saya malu!!!!!:((((((((.
Sesuatu yang hilang
Saat di dalam angkut mau berangkat pulang ke puskesmas. Saya bergenang air mata . MALU, dan saya merasa kecewa dengan diri sendiri. Kecewa kerana sesuatu, sedar atau tidak mulai hilang dari diri.
Saya bangun pagi ini dengan niat mencari kasus: TIDAK BENAR
Saya gembira kerana mendapat kasus untuk ujian: TIDAK BENAR
Saya semangat untuk homevisit kerana nak cepat-cepat tulis status: TIDAK BENAR
TIDAK BENAR ATAU SALAH. Itulah yang saya rasakan sepanjang perjalanan pulang. Saya ni nak jadi dokter, bukan nak buat kerja rumah. Macammana saya boleh jadi manusia sebegitu? Sedih. Sepatutnya saya datang dengan niat merawat pasien, memberikan servis yang terbaik untuk pasien. Saya homevisit sebab nak tahu keadaan sebenar pasien, kenal mereka lebih dekat. Berat mata memandang, berat lagi bahu yang memikul. Saya berdoa, semoga Allah mudahkan urusan mereka. Sembuhkan penyakit yang menimpa mereka. Macam keluarga bapak J ni, macam jatuh di timpa tangga. Tapi saya tahu mereka kuat, mungkin lebih kuat dari saya. Sebab tu Allah uji mereka lebih, sebab Allah tahu mereka dapat menghadapinya. Mereka bersahaja dalam ujian yang menimpa mereka. Alhamdulillah, homevisit kali ini benar-benar menyedarkan saya tentang banyak perkara. Banyak perkara yang mulai hilang dari diri, banyak perkara yang perlu saya baiki dan banyak perkara yang saya insafi. Saya yang memilih profesi ini. Saya harus memberi sepenuh hati untuk ini. HARUS!!. Saya mahu berubah, sesuatu, kamu jangan hilang dari diri. PLEASE!!!
Empati
Semalam saya ada membaca status seorang junior. Katanya hidup di Indonesia ini lama-lama menghakis rasa empati dari diri. Sedar atau tak saya rasa kata-katanya ada benarnya. Dan saya rasa itu bukanlah benda yang patut dianggap biasa tapi HARUS menjadi masalah. Mungkin benar, kita tidak boleh simpati. tetapi empati seharusnya dipupuk dan jangan dibiarkan hilang dari diri. Mungkin kalau sesuatu itu tidak berlaku pada keluarga kita, kawan-kawan dekat kita, kita jadi kurang peduli. Ketidakpedulian dan ketidakinginan untuk peduli ini kadang-kadang menjengkelkan. Takkan nak tunggu sampai sesuatu itu benar-benar terjadi, dan waktu itu masing-masing tidak peduli. Baru kita nak rasa.
Nauzubillah.
People says, BETTER LATE THAN NEVER. Jadi, set balik NIAT, dan laksanakan dengan perbuatan. Dan yang paling penting. SEKARANG!!! JANGAN BERTANGGUH.
p/s: Family Medicine, I love U:)
Comments